Muhammadiyah Dan Kemerdekaan Indonesia Oleh: Willy Yusnandar
Peringatan hari kemerdekaan Republik
Indonesia ke-74 sudah hitungan jari saja. Seluruh rakyat Indonesia patut
mengucapkan rasa syukur atas anugerah kemerdekaan ini. Sebagai bangsa yang
besar, Indonesia harus memiliki cita-cita dan impian yang besar pula, terutama
cita-cita mencerdaskan rakyat Indonesia. Mencerdaskan rakyat Indonesia menjadi
lebih mudah karena bantuan dan peran dari Muhammadiyah. Ormas Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8
Dzhulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912. Pendiri Organisasi Islam Muhammadiyah adalah Muhammad
Darwis dan kemudian dikenal dengan Ahmad Dahlan.
KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis
berpikir keras untuk membuat perubahan dan mengatasi keterbelakangan kaum
pribumi. Memberantas pembodohan dan pemiskinan akibat kolonialisasi yang
sistemik. Hasil berpikir dan usaha ini maka lahirlah Muhammadiyah. Saat ini
Muhammadiyah memasuki milad ke-110. Secara usia Muhammadiyah berdiri jauh lebih
dulu dibandingkan dengan Indonesia. Bisa dikatakan tokoh-tokoh perintis
kemerdekaan Indonesia terlahir dari Muhammadiyah. Dengan kata lain Indonesia
banyak belajar dari Muhammadiyah.
Proklamator dan Presiden Indonesia pertama
yaitu Bung Karno terlahir dari keluarga besar Muhammadiyah. Contoh lain yaitu
Jenderal Sudirman yang merupakan pendiri Hisbul Wathan dan merupakan cikal
bakal Pramuka Indonesia juga dari Muhammadiyah. Upaya Muhammadiyah dalam
Kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. Muhammadiyah berupaya sebagai motor
penggerak perubahan. Muhammadiyah selalu memberi inspirasi kepada Indonesia.
Jika Indonesia ingin rakyatnya sejahtera maka cerdaskan dan jaga kesehatan
rakyatnya.
Pergerakan Muhammadiyah sangat kental di
dunia dakwah, pendidikan dan kesehatan. Ciri-ciri perjuangan Muhammadiyah yaitu
gerakan Islam, gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar dan gerakan
tajdid. Nilai-nilai Islam harus dijunjung dan diamalkan dalam keseharian.
Indonesia jangan melupakan gerakan Islam. Penjajah Belanda sejak dulu ingin
mengecilkan peran Islam. Seperti Snouck Hurgronje yang berusaha memisahkan
antara adat dengan Islam. Maka dimomentum peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia
saat ini, kembalikan peran Islam dalam mengukir sejarah Indonesia kedepan.
Jangan pisahkan Indonesia dan Islam.
Jangan Hanya Al Maun
Gerakan
awal yang di bangun oleh Ahmad Dahlan ialah dengan membawa surat Al Maun
sebagai landasan kesejahteraan, baik untuk kaum yatim, dhuafa, dan fakir
miskin. Namun, gerakan itu menurut saya sudah berjalan, hanya saja tinggal
meningkatkan lagi untuk menjaga kesetabilan.
Kita
sebagai warga Muhammadiyah yang di era modern ini, patut sudah melangkat untuk
menuju kaffah atau melaksanakan aktivitas dakwah dengan landasan seluruh isi
Al-Qur’an. Karena ayah di Al-Quran itu bukan hanya satu atau juga satu surat
saja. Melaikan Ribuan ayat dan ratusan surat. Maka dari itu berbuatlah yang
maksimal untuk menuju kesejahteraan Negara kita melalui Al-Qur’an dan sunnah.
Di
kemerdekaan yang akan datang ini, kita meresolusi lagi bagaimana perjuangan
parah pahlawan kita dahulu. Mereka melawan penjajah, mereka melawan kekerasan,
Mereka melawan pembodohan, Mereka melawan ketidak adilan internasional, mereka
melawan yang menentang Islam. Namun semangat mereka tidak terputus disitu,
padahal sebenarnya mereka itu berfikiran tidak mungkin Indonesia merdeka
seperti ini dengan massif nya serangan belanda, Inggris, Dan jepang.
Namun,
apakah yang membuat mereka bertahan dan berani melawan komponen ketidak adilan
itu? Ternyata mereka para pejuang
Indonesia ini memiliki jiwa yang ikhlas dan religious! Karena ikhlas atau
mukhlis itu lah suatu prinsip dimana setan pun takut untuk menggoyangkan
manusia. Sesuai isi Al-Qur’an, “Iblis berkata:
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan
pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang
mukhlis di antara mereka" Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang
lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada
kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu
orang-orang yang sesat. (QS. Al Hijr : 39 – 42).
Penutup:
Negara ini hanya bisa bertahan dan
menjadi Negara maju jika para penguasa dan masyarakatnya menerapkan keikhlasan
atau menjadi mukhlis bernegara. Karena Ikhlas tidak dapat digoyangkan dengan
maksiat; Korupsi, Kolusi, nepotisme dan perbuatan-perbuatan yang menyimpang
dari akidah sehingga merugikan genrasi penerus yang mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
